Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia Saat Khutbah Jumat: Sebuah Refleksi Spiritual dan Sosial

Muhammad Yahya Waloni lahir dengan nama Yahya Yopie Waloni di Manado, Sulawesi Utara, pada 30 November 1970. Beliau berasal dari keluarga Minahasa yang taat beragama Kristen dan pernah menjabat sebagai pendeta di Badan Pengelola Am Sinode GKI di Tanah Papua, Wilayah VI Sorong-Kaimana. Pada 11 Oktober 2006, beliau memutuskan untuk memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Yahya, sementara istrinya, Lusiana, menjadi Mutmainnah. Perjalanan spiritual beliau menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mencari hidayah dan kebenaran

II. Perjalanan Dakwah dan Kontroversi
Setelah memeluk Islam, Ustaz Yahya Waloni aktif dalam dakwah dan ceramah ke berbagai daerah. Namun, gaya ceramah beliau yang frontal dan blak-blakan sering kali menuai kontroversi. Beliau dikenal dengan kritik tajam terhadap agama lain, khususnya Kristen, yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Kontroversi ini mencapai puncaknya ketika beliau dijatuhi vonis 5 bulan penjara pada 11 Januari 2022 atas kasus ujaran kebencian dan penistaan agama
Selama menjalani masa tahanan, Ustaz Yahya mengalami proses introspeksi dan pertobatan. Dalam sebuah wawancara, beliau mengungkapkan bahwa selama di penjara, beliau menyadari kesalahan dalam ceramah-ceramah sebelumnya dan mulai menghargai ritual agama lain sebagai hal yang suci dan sakral .
III. Detik-Detik Terakhir di Mimbar
Pada Jumat, 6 Juni 2025, Ustaz Yahya Waloni dijadwalkan menjadi khatib di Masjid Darul Falah, Makassar. Beliau tiba di masjid sekitar pukul 11.30 WITA dan duduk di shaf pertama untuk membaca surat Al-Kahfi dan berzikir sebelum khutbah dimulai. Setelah khutbah pertama yang membahas tentang ketauhidan, beliau duduk untuk melanjutkan khutbah kedua. Namun, beberapa menit setelah memulai khutbah kedua, beliau tiba-tiba terduduk dan tidak sadarkan diri. Upaya pertolongan dilakukan, namun nyawa beliau tidak tertolong
IV. Makna Wafatnya di Atas Mimbar
Wafatnya Ustaz Yahya Waloni saat sedang menyampaikan khutbah Jumat di atas mimbar memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Islam. Dalam tradisi Islam, meninggal dunia saat beribadah, khususnya saat khutbah Jumat, dianggap sebagai husnul khatimah atau akhir yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa beliau mengakhiri hidupnya dalam keadaan beribadah dan menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada umat.
V. Reaksi Masyarakat dan Pemerintah
Kabar wafatnya Ustaz Yahya Waloni menyebar cepat melalui media sosial dan mendapatkan berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian besar umat Islam merasa kehilangan atas meninggalnya seorang dai yang pernah kontroversial namun kemudian menunjukkan perubahan positif dalam dakwahnya. Pemerintah Kota Makassar melalui Wali Kota Danny Pomanto menyampaikan belasungkawa dan menghormati kontribusi beliau dalam dakwah Islam di kota tersebut.
VI. Warisan dan Pembelajaran
Perjalanan hidup Ustaz Yahya Waloni mengajarkan kita tentang pentingnya introspeksi dan perubahan diri. Dari seorang pendeta yang kemudian menjadi penceramah Islam, beliau menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri. Kontroversi yang pernah beliau timbulkan menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pendapat dan selalu menghormati perbedaan.
VII. Kesimpulan
Wafatnya Ustaz Yahya Waloni di atas mimbar khutbah Jumat menjadi momen refleksi bagi umat Islam Indonesia. Perjalanan hidup beliau yang penuh liku, dari seorang pendeta hingga menjadi penceramah Islam, menunjukkan bahwa hidayah Allah dapat datang kepada siapa saja. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kehidupan beliau dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Baca Juga : Turis Australia Meninggal Mendadak Saat Liburan di Bali: Keluarga Minta Bantuan untuk Pulangkan Jenazah